Faktor pertama adalah mungkin
karena mereka melihat para petani itu pekerjaannya “kotor” karena setiap
harinya berurusan dengan tanah atau lumpur, beda dengan profesi yang mereka
anggap wah diawal paragraf yakni selalu berpakaian rapi, berdasi dan
sebagainya. Faktor kedua bisa karena mereka tidak tahu bahwa petani sebenarnya
merupakan profesi yang sangat mulia serta bisa saja penghasilannya jauh diatas
profesi-profesi wah tadi. Faktor ketiga bisa dari orang tua mereka sendiri yang
notabene sebagai petani, mereka tidak ingin kalau anaknya ikut-ikutan menjadi
petani karena mereka anggap hidupnya susah, terlalu cape dan kotor tadi serta
ada faktor “gengsi”.
Membajak sawah |
Begitupun dengan saya sendiri
sewaktu saya masih remaja, saya tidak pernah bermimpi atau bercita-cita ingin
menjadi seorang petani. Ya, itu tadi karena tidak mau kotor-kotoran dan orang
tua pun khususnya ibu saya menginginkan saya untuk menjadi pegawai kantoran
berdasi dan agar tidak kotor-kotoran. Alhasil setelah selesai kuliah, saya pun
bekerja sebagai pegawai disalah satu Bank BUMN Indonesia. Namun, karena memang
sebenarnya saya dari dulu bercita-cita ingin menjadi pengusaha (walaupun waktu
itu belum tahu harus menjadi pengusaha apa?), saya pun mengundurkan diri
sebagai pegawai bank karena jiwa saya inginnya menjadi pengusaha (saya takut
jadinya saya tidak bisa bekerja di perusahaan itu dengan maksimal karena sudah
tidak ingin bekerja pada orang lain).
Orang tua saya khususnya dan
orang lain yang ada disekeliling saya pada umumnya kaget akan keputusan saya
tersebut. Saya menjelaskannya dengan pelan-pelan dan akhirnya mereka mengerti
apa keinginan saya. Alhasil saya pun mencoba peruntungan melalui dunia internet
yakni sebagai internet marketing dan mencoba meneruskan (belajar) bertani jamur
tiram milik orang tua. Walaupun saat ini usaha saya belum sukses, namun saya
merasa senang karena melakukan apa yang saya inginkan. Dan karena itu pula,
Alhamdulillah saya masih bisa membiayai kebutuhan hidup saya walaupun masih
kecil (belum sebesar waktu bekerja di bank), saya terus memotivasi diri sendiri
– semangat, semangat, semangat!! :)
Singkat cerita, belum lama ini saya
diajak teman saya untuk mengikuti pelatihan pertanian dari Dinas Pertanian di
daerah saya. Waktu itu saya bersedia ikut, jujur saya ikut karena katanya
setelah selesai pelatihan, para peserta akan dikasih materi (uang). Saya pun
ikut pelatihan tersebut karena niat mendapatkan uang tersebut, beginilah nasib
pengusaha yang belum sukses, ada peluang apa saja yang bisa menghasilkan
rupiah, pasti saya lakukan asalkan halal, hehe.
Petani cantik |
Akan tetapi, yang tadinya hanya
berniat mendapatkan rupiahnya saja dengan menjadi peserta pelatihan, saya mulai
tertarik dengan materi pelatihan yang diberikan oleh dinas pertanian setempat.
Materi yang diberikan sangat bagus juga menjadi pencerahan bahwa menjadi petani
itu ternyata profesi yang sangat mulia dan menjadikan saya bercita-cita ingin menjadi
petani – bukan menjadi petani karena terpaksa.
Waduh, sepertinya udah terlalu
kepanjangan nih saya menulis. Jika penasaran mengapa saya bilang petani itu merupakan profesi yang mulia dan mengapa saya menjadi bercita-cita juga untuk menjadi
seorang petani, terus kunjungi blog ini ya gan, nanti saya lanjut dipostingan
berikutnya.
Foto kredit:
No comments:
Post a Comment