Friday, November 30, 2012

Regenerasi Petani Indonesia – Mengkhawatirkan!

Regenerasi Petani Indonesia – Mengkhawatirkan!

Sebelumnya saya menulis tentang kebanyakan anak-anak muda Indonesia saat ini bahwa mereka tidak ada (sangat jarang) yang bercita-cita untuk menjadi petani - begitu pula dengan saya waktu itu. Namun, seperti pada tulisan saya sebelumnya tersebut, sekarang menjadi petani adalah salah satu cita-cita saya – karena menjadi petani merupakan profesi yang mulia bahkan sangat-sangat mulia. 

Mengenai bukti regenerasi petani Indonesia – mengkhawatirkan, saya ulas hanya dari pengalaman sederhana narasumber pada pelatihan pertanian yang saya ikuti waktu lalu dari dinas pertanian setempat. Bukti sederhana namun konkret bahwa pemuda Indonesia saat ini sangat jarang yang bercita-cita menjadi seorang petani. Beliau bernama Bapak Cecep kelahiran Garut, Jawa Barat. Beliau pernah melanglang buana sebagai aktivis LSM dan semacamnya hingga akhirnya beliau menjadi petani tulen (menemukan jati diri) dan karena kegigihan, keuletan, serta ilmu pertanian yang akhirnya menumpuk dikepala beliau, beliau tidak jarang selalu dipanggil untuk menjadi narasumber pertanian oleh berbagai pihak diberbagai penjuru negeri kita tercinta ini, Indonesia.
Petani Indonesia
Sewaktu beliau bertemu saya dan teman-teman saya yang sedang mengikuti pelatihan, beliau terkejut sekaligus bangga melihat kami. Ya, kami merupakan kelompok petani muda (dibawah usia 30 tahun) yang berjumlah kurang dari 15 orang perwakilan kelurahan di kabupaten saya dari total 60 orang lainnya (dari kabupaten lain), walaupun memang kami masih merupakan petani amatir/masih harus belajar banyak. Beliau duduk diantara kami disela-sela coffee break lantas mengatakan: “saya bangga melihat kalian yang masih muda-muda namun ingin menjadi petani! Sungguh kalian adalah pejuang pangan Indonesia yang sesungguhnya. Saya sudah melatih para petani dibanyak daerah di Indonesia, semuanya adalah orang tua, baru kali ini saya melihat para petani muda disini”, kira-kira seperti itulah perkataannya. Kami pun menjadi lebih termotivasi untuk serius menekuni pertanian. Itulah salah satu bukti sederhana bahwa memang petani muda sangat jarang sekali.

Bukti lainnya saya dapatkan masih dari Bapak Cecep yakni ketika beliau menjadi narasumber mahasiswa IPB (Institut Pertanian Bogor) yang jumlahnya kalau saya tidak salah sekitar 60 orang lebih – sedang melakukan studi tur pertanian ke daerah Garut. Katanya, beliau pernah bertanya kepada mereka: “siapa diantara kalian yang orang tuanya petani?” Hampir semua mahasiswa tersebut mengangkat tangannya. Lalu, beliau bertanya kembali: “siapa diantara kalian yang bercita-cita menjadi seorang petani?”, kebanyakan dari mereka menurunkan tangannya dari atas dan hanya sekitar 5 orang yang masih mengangkat tangannya menandakan mereka bercita-cita menjadi seorang petani.

Pak Cecep pun heran katanya, mereka yang kuliahnya di kampus pertanian saja, masih sedikit mahasiswa yang bercita-cita sebagai petani. Beliau pun bertanya kepada para mahasiswa yang menurunkan tangannya tersebut. “Kenapa tidak mau menjadi petani?” Ada yang menjawab “bau letak” (bahasa sunda yang artinya jadi petani itu bau lumpur)/kotor, tidak boleh sama orang tuanya, dan lainnya. Itu merupakan bukti sederhana kedua bahwa petani muda di Indonesia sangat jarang atau dengan kata lain, regenerasi petani di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan.

Sungguh menakutkan apabila tidak ada regenerasi petani di Indonesia, nanti kita pada mau makan apa? Biarkanlah Negara lain berkutat dengan industrinya, toh uang mereka pun ujung-ujungnya dipakai buat makan (kebutuhan utama manusia). Mereka manusia yang tidak bisa makan hasil industri mereka, masa mereka mau makan besi, hardware, software, tidak kan? Tentunya mereka juga makannya sayuran atau daging. Kita yang dulunya dikenal sebagai Negara Agraris, seharusnya kita terus mempertahankannya, karena dikala Negara lain sudah beralih sepenuhnya terhadap sektor industri, maka kita bisa menjadi penyuplai terbesar makanan mereka. Apakah kita harus minta Belanda untuk menjajah kita lagi? Karena pada waktu itu, sebagian besar kebutuhan pangan Eropa dihasilkan oleh Belanda yakni dengan menjajah Indonesia sebagai Negara Agraris. Pastinya tidak mau kan? Jadi … Ayo bangkitlah Petani Muda Indonesia! Tapi jangan pakai pestisida kimia untuk membunuh hamanya ya, banyak negatifnya. Negatifnya apa? Nanti saya bahas pada postingan selanjutnya. 

Foto kredit: Old Farmer
Share This

No comments:

Post a Comment

Designed By Seo Blogger Templates- Published By Gooyaabi Templates