Bagi para petani jamur tiram, sudah hal lumrah bahwa produksi jamur tiram yang biasa mereka hasilkan dengan media baglog jamur tiram hanya bisa bertahan 3 – 4 bulan. Ini artinya para pembudidaya jamur tiram harus mengganti baglognya setiap 3 – 4 bulan sekali, dan artinya mereka harus melawan resiko kegagalan budidaya jamur tiram setiap 3 – 4 bulan sekali.
Mengapa saya katakan bahwa para petani jamur tiram harus melawan resiko kegagalan setiap 3 – 4 bulan sekali? Karena dalam budidaya jamur tiram, resiko kegagalan terbesar adalah tidak berhasil membuat baglog. Namun, apabila baglog berhasil dibuat, resiko kegagalan dalam bisnis ini sangat minim karena perawatan jamur tiram tidaklah sulit.
Akan tetapi, terdapat juga tipe petani yang meminimalisir kegagalan produksi jamur tiram dengan cara membeli baglog siap panen, dalam artian petani tersebut tinggal melakukan perawatan terhadap baglog tersebut tanpa melalui proses pembuatan baglog dengan resiko kegagalan menumbuhkan miselium. Hanya saja petani yang biasanya membeli baglog siap panen dipastikan memperoleh keuntungan dari hasil panennya tipis dibandingkan dengan petani yang membuat baglognya sendiri. Tentunya terdapat plus dan minus antara petani yang suka membuat baglognya sendiri dengan petani yang membeli baglog siap panen untuk budidaya jamur tiramnya.
Bagi petani yang membuat baglog sendiri, plusnya adalah dia bisa mendapatkan keuntungan 2 – 3 kali lipat dibanding dengan petani yang membeli baglog siap panen. Namun, minusnya adalah kerugian yang diperoleh apabila gagal dalam melakukan produksi baglog jauh lebih besar ketimbang petani yang membeli baglog siap panen. Bagi petani tipe pembeli baglog siap panen, plus minusnya adalah kebalikan dari tipe petani pembuat baglog, namun petani pembeli baglog harus siap merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli baglog jamur tiram siap panen.
Pada intinya adalah kedua tipe petani jamur tiram tersebut harus siap dalam menghadapi siklus 3-4 bulanan itu. Petani pembuat baglog harus siap dalam menghadapi kegagalan pembuatan baglog dan petani pembeli baglog harus siap untuk mengeluarkan modal uang yang jauh lebih besar ketimbang pembuat baglog pada setiap siklus tersebut.
Inti berikutnya adalah bahwa produksi jamur tiram di Indonesia dengan menggunakan media baglog, masa panennya hanya bertahan 3-4 bulan. Hal ini membuat saya sebagai petani jamur tiram terkadang membayangkan betapa enaknya jika dapat membuat media selain baglog yang bisa panen jamur tiram hingga bertahun-tahun dengan cukup satu kali modal awal. Apakah ada media yang bisa menghasilkan panen jamur tiram hingga bertahun-tahun tersebut? Atas dasar penasaran, saya mencari dan bertanya kepada om google, apakah hal tersebut bisa dilakukan dan tidak mustahil?
Setelah bertanya kepada om google, ternyata hal tersebut ada dan tidaklah mustahil. Bahkan dengan menggunakan media lain, panen jamur tiram dapat dilakukan pada ruangan terbuka (bukan dalam kumbung) dan media tersebut dapat bertahan hingga 5 tahun, itu artinya para petani jamur tiram yang menggunakan media tersebut dapat panen hingga 5 tahun tanpa mengganti media penghasil jamur tiram setiap 3 – 4 bulan sekali.
Lalu, media seperti apakah itu? Media yang digunakan untuk produksi jamur tiram selama 5 tahun tersebut adalah menggunakan kayu gelondongan. Seperti yang kita ketahui bahwa jamur tiram liar (habitat alaminya) biasa ditemukan pada pepohonan. Kayu memang tempat jamur ini tumbuh, oleh karena itu proses pembuatan baglog jamur tiram pun bahan utamanya adalah serbuk kayu. Dengan demikian, sangat dapat dicerna dan dipercaya bahwa media kayu gelondongan dapat menghasilkan jamur tiram hingga 5 tahun.
Kayu Gelondongan |
No comments:
Post a Comment