Waktu itu adalah tahun
2008, dimana saya dan teman-teman saya masih kuliah kalau tidak salah semester 4
atau 5 saya lupa lagi. Karena kondisi keuangan yang tipis namun hobi kami
adalah travelling dan waktu itu kami ingin pergi ke gunung, maka waktu itu kami memutuskan untuk pergi ke Bunung Bromo, Jawa
Timur dengan uang yang pas-pas-an alias perjalanan backpacker.
Kami terdiri atas 6 orang (saya,
Roy, Tahu, Eka, Andre dan Tulus) berangkat dari bandung sekitar pukul 07.00.
Kami memilih kereta api tipe ekonomi tujuan stasiun yang ada di Surabaya (saya lupa
nama stasiunnya). Kereta api tipe ekonomi kami pilih pada waktu itu dikarenakan
harganya yang super murah, bayangkan saja waktu itu jurusan Bandung-Surabaya
hanya Rp 40.000 saja.
Kami pun berangkat dengan posisi
3-3 saling berhadapan di tempat duduk. Penumpang kereta api penuh sampai ada
yang berdiri namun tidak sesak. Kami pun bercengkrama dan saling mengobrol di
dalam kereta api. Dari stasiun ke stasiun kami lewati dan penumpang pun mulai
penuh dan sesak. Kami tetap saja duduk waktu itu padahal ada ibu-ibu yang berdiri,kami
tidak memberi tempat duduk ke ibu tersebut karena kami memang berhak duduk
karena memiliki tiket dan juga dikarenakan perjalanan yang sangat jauh jadi
kami putuskan untuk terus duduk sambil menjaga kondisi agar tidak terlalu cape
diperjalanan (maafin kami ya bu,hehe).
Semakin lama kereta api semakin
penuh dan sesak ditambah dengan banyaknya pedagang asongan yang berlalu-lalang.
Bau keringat pun menjadi pengawi/parfum di kereta api ekonomi tersebut. Banyak
sekali jenis makanan yang dijajakan oleh pedagang asongan seperti minuman manis
yang dibungkus plastik seadanya, nasi bungkus dengan lauk ayam goreng yang
dibulat-bulatkan seharga Rp 3.000 saja namun cukup untuk mengganjal perut,
pecel, barang-barang elektronik, dll. Selain itu ada juga yang menjual jasa
seperti jasa semprotan pewangi ruangan dengan cara menyemprotkan pengawi
tersebut ke bawah tempat duduk kita lalu menyodorkan tangan untuk meminta
imbalan atas jasanya tersebut - tips: jika tidak ada uang kecil, ketika melihat
jasa penyemprot wangi datang mau menghampiri kita, langsung lambaikan tangan
dengan isyarat menolak, maka dia pun tidak akan menyemprotkan pewanginya
dikolong tempat duduk kita.
Selain itu, banyak juga pengamen
yang keluar masuk setiap kali ganti stasiun dan selalu kita kasih uang kecil
(receh) karena persediaan uang kecil kami waktu itu cukup banyak. Pernah sekali
ada pengamen yang tidak kami kasih uang karena uang kecil kami sudah habis,
lalu mereka berhenti sejenak dan bertanya dengan tatapan marah:
Pengamen: "kalau hp punya
kan".
Kita: "punya bang".
Sejenak kami bertatap-tatapan,
untung tidak terjadi apa-apa, mereka pun pergi. Tips naik kereta ekonomi kalau
tujuannya jauh adalah: siapkan uang kecil (receh) sebanyak-banyaknya, dan kalau
ada pengamen kasih jangan banyak-banyak, Rp 200 sudah cukup karena akan ada
banyak lagi pengamen selanjutnya.
Perjalanan terus berlalu dan
siang pun akhirnya tiba. Kami tidur untuk menjaga kondisi tubuh namun saling
bergantian demi keamanan. Kami makan pagi-siang-malam di
kereta api melalui pedagang asongan dan menu favorit kami waktu itu adalah nasi bungkus
dengan daging ayam dibikin bulat (2 bulatan) karena cukup kenyang dan murah
tentunya,mengapa murah? Karena kalau tidak salah sibulatan ayam tersebut
dagingnya hanya sedikit namun lapisan terigunya yang banyak.
Mungkin Anda bertanya kita makan
pagi-siang-malam di kereta terus, mengapa? Ya, dikarenakan perjalanan
menggunakan kereta api ekonomi sangat lambat dan kereta ini sering mengalah
dengan kereta api jenis bisnis dan eksekutif. Apabila terdapat satu jalur rel
kereta yang dipakai untuk dua arah saling berlawanan. Maka otomatis kereta api
ekonomilah yang mengalah, kita harus menunggu tipe bisnis atau eksekutif untuk
melalui jalur tersebut, baru tipe ekonomi bisa jalan (biasanya tipe ekonomi
harus menunggu selama kurang lebih 15 menit).
Maka dengan laju kereta yang lambat (untuk ukuran kereta api) dan jarak yang jauh, kita pun akhirnya sampai di salah satu stasiun yang ada di
Surabaya, Jawa Timur sekitar pukul 02.00. Kurang lebih 19 jam perjalanan,
benar-benar perjalanan yang sangat melelahkan, bokong kami pun terasa panas dan
pegal sekali rasanya. Namun syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas keselamatan dalam perjalanan kereta api ekonomi tersebut.
Bersambung kesini
Foto kredit: Lubbuk_Lingau_9084
harianlahat.com - kunjungan balik nhie friend . .. .
ReplyDeletejd ingat saya jg dulu pernah ksini. waktu kuliah juga. view paling bagus dari pos pengamatan jam sekitar 4 pagi lho g" salah. keren banget wkatu itu. pengen lg ksana . . .
thank you bro kunjungan baliknya..
Deleteyoi, sy juga pengen kesana lg, tp pengen ke tetangganya (Gunung Semeru).