Thursday, May 24, 2012

Pengalaman Backpacker Ke Gunung Bromo (Part 4)

Pengalaman Backpacker Ke Gunung Bromo (Part 4)

Baca part 3-nya disini.

Akhirnya Elf tersebut berangkat juga sekitar pukul 13.00-an. Perjalanan dalam Elf menghabiskan waktu sekitar satu jam, pukul 14.00-an kami tiba di terminal bus untuk naik bus menuju Stasiun Pasar Turi. Jalanan agak macet dibanding dini hari sebelumnya karena siang banyak pengendara dan juga karena jalur yang kami tempuh melalui kawasan bendungan lumpur lapindo. Biasanya kami lihat dari televisi bagaimana bencana lumpur lapindo melanda kawasan Porong tersebut, kali ini kami melihatnya langsung. Bendungan tersebut sangat luas, pantas saja beberapa Desa sudah tenggelam didalamnya, sungguh malang nasib mereka yang terkena musibah tersebut.

Akhirnya kami pun sampai di Kota Surabaya, waktu itu sekitar pukul 15.00. Kami pun mulai panik karena Stasiun Kereta akan tutup satu jam lagi. Sontak kami pun bergegas mencari angkutan umum yang arahnya menuju Stasiun Pasar Turi. Kami melihat angkutan umum yang kosong, dari kejauhan kami bergegas menuju angkutan tersebut. Sebelum mencapai angkutan tersebut, kami menanyakan apakah angkutan tersebut melewati Stasiun Pasar Turi. Supir pun mengangguk dan menyuruh kami untuk cepat naik karena kondisi jalanan sedang ramai cenderung macet.

Ah .... leganya sudah naik angkutan umum, karena jarak ke Stasiun Kereta Api tidak terlalu jauh dari tempat kami naik angkot. Kami pun saling bercanda lagi di dalam angkot karena dihari ke 2 ini kami akan pulang kembali ke Bandung diiringi pemandangan Surabaya dan pabrik besar rokok nasional yang terkenal.

Sekitar 30 menit berlalu, ada kejanggalan dalam perjalanan kami menuju stasiun kereta api. Jalur rel kereta api yang sudah terlihat, malah menjauh dari pandangan kami. Sontak diantara kami pun bertanya-tanya, karena logikanya apabila tujuannya adalah stasiun kereta api, harusnya rel kereta semakin dekat dengan kami. Kami pun menanyakan kembali kepada supir angkot apakah benar angkot ini melewati Pasar Turi? Supir menjawab: “bukan, kalau mau ke stasiun harusnya belok ke jalan sebelumnya”. Mendengar itu kami marah dan bilang kenapa waktu ditanya di awal mengenai tujuan angkot yang kami tuju supir mengangguk iya? Supir hanya diam, kami pun minta berhenti lantas turun dengan membayar ongkos seadanya karena kami kecewa. Supir angkot pun hanya tertegun melihat kami membayar ongkos yang kurang. - Tips: jika hal ini terjadi kepada Anda, Anda harus meyakinkan arah tujuan angkot tersebut kepada supir dengan menanyakan arah tujuan dari dekat, bila perlu tanya berulang-ulang supaya yakin benar tujuannya. -  

Kami benar-benar panik, karena waktu menunjukkan pukul 15.30 (30 menit lagi stasiun kereta tutup). Kami pun berjalan berbalik arah sambil bertanya kepada warga setempat harus naik angkot jurusan apa agar bisa mencapai Pasar Turi. Setelah tahu harus naik angkot apa, kami langsung mencarinya dan menemukannya. Tidak mau mengulangi kesalahan sebelumnya, kami pun bertanya kepada supir angkot dari dekat dan dengan mantap apakah arah tujuannya menuju Pasar Turi? Supir pun menjawab iya dengan mantap. Ternyata cukup jauh juga kami nyasar, sekitar 30 menitan kami akhirnya melihat lagi jalur rel kereta api. Akhirnya kami tiba di Stasiun Pasar Turi sekitar pukul 16 lewat beberapa menit. Kami langsung bergesa-gesa untuk membeli tiket dan berharap masih tersedia. Damn...!! ternyata sudah tutup, kami terlambat. Kami pun menganggap ini adalah salah supir angkot tadi.

Kami langsung duduk termenung karena itu artinya kami tida bisa pulang ke Bandung pada hari tersebut. Padahal persediaan uang kami tinggal sedikit lagi, tidak akan cukup bila kami memutuskan untuk menginap di tempat penginapan sederhana pun. Setelah termenung cukup lama dan berpikir harus bagaimana tanpa mendapatkan jawaban, akhirnya kami memutuskan untuk pergi dulu ke masjid agar suasana hati menjadi lebih tenang. Berempat kami masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan sholat kecuali 2 orang menunggu diluar karena non-muslim. 

Setelah selesai, kami pun berpikir lagi harus bagaimana? Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di emperan stasiun kereta saja walaupun kondisi stasiunnya agak spooky (menyeramkan). Tidak ada pilihan lain bagi kami waktu itu karena kondisi keuangan benar-benar tipis, hanya cukup untuk ongkos pulang dan biaya makan dalam perjalanan. Hari pun semakin gelap karena sudah pukul enam malam. Sebelum menginap di emperan Stasiun Kereta Api Pasar Turi, kami masuk dulu ke Rumah Makan Padang disampingnya, karena perut kami sudah tidak bisa diajak kompromi lagi alias lapar. 

Bersambung kesini
Share This

No comments:

Post a Comment

Designed By Seo Blogger Templates- Published By Gooyaabi Templates