Baca part 3-nya disini.
Akhirnya kami pun sampai di Kota
Surabaya, waktu itu sekitar pukul 15.00. Kami pun mulai panik karena Stasiun
Kereta akan tutup satu jam lagi. Sontak kami pun bergegas mencari angkutan umum
yang arahnya menuju Stasiun Pasar Turi. Kami melihat angkutan umum yang kosong,
dari kejauhan kami bergegas menuju angkutan tersebut. Sebelum mencapai angkutan
tersebut, kami menanyakan apakah angkutan tersebut melewati Stasiun Pasar Turi.
Supir pun mengangguk dan menyuruh kami untuk cepat naik karena kondisi jalanan
sedang ramai cenderung macet.
Ah .... leganya sudah naik
angkutan umum, karena jarak ke Stasiun Kereta Api tidak terlalu jauh dari
tempat kami naik angkot. Kami pun saling bercanda lagi di dalam angkot karena
dihari ke 2 ini kami akan pulang kembali ke Bandung diiringi pemandangan
Surabaya dan pabrik besar rokok nasional yang terkenal.
Sekitar 30 menit
berlalu, ada kejanggalan dalam perjalanan kami menuju stasiun kereta api. Jalur
rel kereta api yang sudah terlihat, malah menjauh dari pandangan kami. Sontak diantara
kami pun bertanya-tanya, karena logikanya apabila tujuannya adalah stasiun
kereta api, harusnya rel kereta semakin dekat dengan kami. Kami pun menanyakan
kembali kepada supir angkot apakah benar angkot ini melewati Pasar Turi? Supir
menjawab: “bukan, kalau mau ke stasiun harusnya belok ke jalan sebelumnya”. Mendengar
itu kami marah dan bilang kenapa waktu ditanya di awal mengenai tujuan angkot
yang kami tuju supir mengangguk iya? Supir hanya diam, kami pun minta berhenti
lantas turun dengan membayar ongkos seadanya karena kami kecewa. Supir angkot
pun hanya tertegun melihat kami membayar ongkos yang kurang. - Tips: jika hal
ini terjadi kepada Anda, Anda harus meyakinkan arah tujuan angkot tersebut
kepada supir dengan menanyakan arah tujuan dari dekat, bila perlu tanya
berulang-ulang supaya yakin benar tujuannya. -
Kami benar-benar panik, karena
waktu menunjukkan pukul 15.30 (30 menit lagi stasiun kereta tutup). Kami pun
berjalan berbalik arah sambil bertanya kepada warga setempat harus naik angkot
jurusan apa agar bisa mencapai Pasar Turi. Setelah tahu harus naik angkot apa,
kami langsung mencarinya dan menemukannya. Tidak mau mengulangi kesalahan
sebelumnya, kami pun bertanya kepada supir angkot dari dekat dan dengan mantap
apakah arah tujuannya menuju Pasar Turi? Supir pun menjawab iya dengan mantap. Ternyata
cukup jauh juga kami nyasar, sekitar 30 menitan kami akhirnya melihat lagi
jalur rel kereta api. Akhirnya kami tiba di Stasiun Pasar Turi sekitar pukul 16
lewat beberapa menit. Kami langsung bergesa-gesa untuk membeli tiket dan
berharap masih tersedia. Damn...!! ternyata sudah tutup, kami terlambat. Kami pun
menganggap ini adalah salah supir angkot tadi.
Kami langsung duduk termenung
karena itu artinya kami tida bisa pulang ke Bandung pada hari tersebut. Padahal persediaan
uang kami tinggal sedikit lagi, tidak akan cukup bila kami memutuskan untuk
menginap di tempat penginapan sederhana pun. Setelah termenung cukup lama dan
berpikir harus bagaimana tanpa mendapatkan jawaban, akhirnya kami memutuskan
untuk pergi dulu ke masjid agar suasana hati menjadi lebih tenang. Berempat kami
masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan sholat kecuali 2 orang menunggu diluar
karena non-muslim.
Setelah selesai, kami pun
berpikir lagi harus bagaimana? Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di
emperan stasiun kereta saja walaupun kondisi stasiunnya agak spooky (menyeramkan). Tidak ada pilihan
lain bagi kami waktu itu karena kondisi keuangan benar-benar tipis, hanya cukup
untuk ongkos pulang dan biaya makan dalam perjalanan. Hari pun semakin gelap
karena sudah pukul enam malam. Sebelum menginap di emperan Stasiun Kereta Api
Pasar Turi, kami masuk dulu ke Rumah Makan Padang disampingnya, karena perut
kami sudah tidak bisa diajak kompromi lagi alias lapar.
Bersambung kesini
No comments:
Post a Comment