Baca part 2-nya disini.
Akhirnya kami pun menaiki ratusan
anak tangga menuju Puncak Bromo, saya perkirakan mungkin tingkat kemiringannya
sekitar 50o. Cape juga naik tangga tersebut, namun semangat kami
untuk mencapai Puncak Bromo dan melihat pemandangan sunrise dari sana membuat
kami melupakan rasa cape tersebut. Akhirnya kami pun tiba di Puncak sekitar
pukul empat pagi lewat beberapa menit. Waktu itu kami masih belum dapat melihat
apa-apa karena masih gelap, namun terlihat samar beberapa orang asing/turis
bule dan turis lokal lainnya yang sudah sampai di Puncak Bromo lebih awal dari
kami.



Kami singgah di warung makan yang
didekatnya terdapat toilet umum dan tempat pemandian. Sebagian dari kami
sarapan dulu, dan sebagiannya mandi dulu. Di tempat makan tersebut saya hanya
memesan mie rebus pakai telur dan nasi karena biasanya di kawasan wisata harga
makanan pasti mahal-mahal. Tidak ada harga di daftar menu waktu itu, teman saya
ada yang pesan nasi beserta lauk sederhana - kami pun makan sambil bercanda
tawa. Kami menghabiskan waktu cukup lama di tempat itu, bergantian kami sambil
jalan-jalan untuk melihat cinderamata namun tidak membeli dan juga mengumpulkan
tenaga untuk perjalanan pulang.
Setelah semuanya makan dan juga
mandi, kami pun bergegas untuk kembali ke Surabaya (sekitar pukul 12.00-an).
Dari data yang kami dapatkan dari internet, kami bisa naik kereta api ekonomi lagi
tujuan Bandung dari Stasiun Pasar Turi, Surabaya pukul 16.00 (kalau yang ini
saya masih ingat nama stasiunnya, hehe). Namun, sebelum beranjak dari warung
makan tersebut, bukan main kagetnya kami dengan harga makanan yang telah kami
makan. Mahalnya luar biasaaaaa ...... saya lupa berapa harga tepatnya, namun untuk
jenis makanan yang kami makan waktu itu, tidak mungkin semahal itu. Kira-kira
waktu itu harganya 3-5 kali lipat harga normal. Namun, mau tidak mau kami harus
membayarnya. - Tips jika makan di kawasan wisata dan tidak ada daftar harganya,
sebaiknya Anda tanyakan dulu berapa harga makanan yang ingin Anda beli. Jangan
malu bertanya, karena kalau malu bertanya ... sesat diharga :D. -
Dalam perjalanan kembali menuju
Surabaya, kami berjalan melewati pos pembelian tiket untuk mencari angkutan
umum berjenis Elf lagi sambil terheran-heran dengan harga makanan tadi. Beberapa
faktor yang mungkin menjadikan makanan tersebut mahal adalah: karena di kawasan
wisata orangnya pasti baru setiap harinya, jadi apabila konsumen komplain toh
mereka (turis) tidak akan balik lagi, jika pun balik lagi mungkin sudah lupa
dengan pedagangnya; biaya angkut bahan makanan yang mereka jual mahal karena
jauh dari pasar; atau karena memang mereka tidak sadar wisata dan hanya sadar
keuntungan yang besar saja.
Setelah menemukan angkutan umum,
kami pun langsung masuk dan duduk. Namun, seperti biasanya angkutan umum
tersebut tak kunjung berangkat juga. Jam pun menunjukkan sekitar pukul 12.30
waktu itu. Kami mulai merasa cemas kembali, karena kami takut terlambat ke
Stasiun Kereta Api.
Bersambung kesini
No comments:
Post a Comment